MEMBUAT SECANGKIR TEH
Beberapa plan yang
biasanya digunakan, antara lain :
- fixed sequence, pada plan 3 selalu dilaksanakan dalam urutan sub-tugas yang sama
- optional tasks, pada plan 0 ‘empty pot’ dan pada plan 5.3. ‘add sugar’ mungkin tidak dilaksanakan tergantung dari situasinya.
- waiting for events, pada plan 1, harus menunggu ketel sampai mendidih, dan plan 0 menunggu 4 atau 5 menit
- cycles, pada plan 5, dimana tugas 5.1. dan 5.2. dilakukan berulang-ulang sampai kondisi terpenuhi (tidak ada cangkir kosong lagi)
- time-sharing, tugas 1 dan 2 dapat dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan
- discretionary, pada contoh vacuum cleaning plan 3, urutan tugas yang dilakukan bebas dan dapat tidak dilakukan jika tidak diperlukan (kebersihan rumah tergantung dari pemilik rumah)
- mixtures, kebanyakan plan merupakan campuran dari elemen-elemen yang disebut di atas
MEMBERSIHKAN RUMAH
*In order to clean the house
get
the vacuum cleaner out
fix
the appropriate attachment
clean
the rooms
when
the dust bag gets full, empty it
put the
vacuum cleaner and tools away
Teknik (pendekatan) untuk analisa
tugas:
- Dekomposisi tugas, memilah tugas ke sub-tugas beserta urutan pelaksanaannya.
- Teknik berbasis pengetahuan, melihat apa yang harus diketahui oleh user tentang objek dan aksi yang terlibat dalam tugas dan bagaimana pengetahuan itu diorganisasikan.
- Analisa berbasis relasi-entitas, pendekatan berbasis objek, dimana penekanannya pada identifikasi aktor dan objek, relasi dan aksi yang dilakukan.
Analisa tugas
dikhususkan untuk mengenali kepentingan user. Beberapa aspek analisa tugas
sangat mirip dengan model kognitif berorientasi-goal.
Analisa
tugas cenderung lebih melihat pada apa yang harus dilakukan oleh user sedangkan
pada model kognitif lebih melihat pada proses kognitif internal seseorang dalam
melakukan pekerjaannya (internal mental
state), maka granularitasnya biasanya lebih kecil dibandingkan analisa
tugas.
Dekomposisi Tugas:
Teknik
analisa tugas umumnya membuat dekomposisi tugas untuk mengekspresikan aksi yang
harus dilakukan, seperti pada contoh diatas. Salah satu pendekatan yang sering
digunakan adalah hierarchical task
analysis (HTA).
Output HTA adalah hirarki tugas dan sub-task dan juga plans (rencana) yang menggambarkan
urutan dan kondisi (syarat) suatu sub-tugas dilaksanakan.
0. In
order to clean the house
1.
get
the vacuum cleaner out
2.
fix
the appropriate attachment
3.
clean
the rooms
3.1.
clean
the hall
3.2.
clean
the living rooms
3.3.
clean
the bedrooms
4.
empty
the dust bag
5.
put
the vacuum cleaner and tools away
Plan 0: do 1 – 2 – 3 – 5 in that order
when
the dust bag gets full do 4
Plan 3: do any of 3.1, 3.2 or 3.3 in any order
depending
on which rooms need cleaning
Plan 3 dapat dibuat lebih spesifik
lagi:
Plan 3: do 3.1 every day
1.2
once
a week
when visitors are due 3.3
Untuk membatasi proses sampai ke
tugas yang mendasar, maka perlu diterapkan stopping
rule.
Sebagai contoh :
0.
in
emergency
1.
read
the alarms
2.
work
out appropriate corrective action
3.
perform
corrective action
Jika tujuannya untuk menginstal
komputer untuk memonitor pabrik maka tugas 1 dan 3 dapat diekspand.
Aturan dari stopping rule, salah satunya mengacu pada aturan P X C,
dimana P adalah probabilitas dalam melakukan kesalahan dan C biaya kesalahan.
Jika P X C dibawah ambang batas maka ekspansi dapat dihentikan.
Hirarki tugas untuk membersihkan rumah :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar